Muzanimengatakan, seluruh pengurus Partai Gerindra di tingkat ranting, PAC, DPC, DPD, hingga DPP dan kader menginginkan agar Prabowo maju dalam pemilihan di Pilpres 2024. Prabowo memutuskan perlu diadakan rapat pimpinan nasional, dan hal yang paling penting dalam rapimnas adalah untuk mendengarkan jawaban langsung dari Prabowo terhadap
Karenaberasal dari biomasa, limbah bioetanol baik cair maupun padat mengandung bahan organik yang dibutuhkan tanaman, mengandung unsur makro dan mikro yang diperlukan tanaman. Seperti kita ketahui Indonesia memiliki potensi sangat besar di bidang pertanian ditinjau dari ketersediaan lahan, kesesuaian iklim, tenaga kerja (melimpah
Hasildari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada kadar ethanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi,karena kelebihan alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan aktifitasnya. Fermentasi bahan baku bioethanol. IV.
Bioetanol singkong yang dipakai di dalam negeri 1.000 kilo liter per tahun produksi kita 0,07 % dari stok singkong. Biodiesel dari sawit Pertamina hanya pakai 16.000 liter per tahun yang dipakai 0,078% dari sawit,” katanya. Beberapa fakta jika kita melihat pertumbuhan sawit di Indonesia yang di duga mengalami peningkatan sejak CPO di
Hasilpenelitian menunjukkan bahwa limbah kulit singkong berpotensi dibuat menjadi bioetanol dengan metode fermentasi yang tergolong mudah dan sederhana. Komposisi lebih baik bahan baku untuk fermentasi bioetanol adalah bubur kulit singkong 80 g air 150 ml dengan ragi 0,3 g. pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di
. Krisis energi sudah dirasakan oleh beberapa negara, kelangkaan bahan bakar harus segera diatasi. Banyak negara-negara di eropa sudah mulai menggunakan bahan bakar alternatif yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Beras ketan dan singkong dapat diubah menjadi bioetanol dengan metode fermentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan cara fermentasi kemudian melakukan destilasi untuk memperoleh bioetanol. Hasil bioetanol kemudian dideteksi untuk mencari optimasi waktu fermentasi yang tepat, pengujian dengan Pen refractometer dan Gas Chromatography. Hasil penelitian penambahan massa ragi dari 5-15 gram terbentuk kadar etanol yang semakin meningkatan dari 3,5-18,5 %, hal ini menunjukkan penambahan jumlah ragi berpengaruh signifikan terhadap hasil fermentasi bioetanol. Pengaruh ketidakstabilan mikroba yang mengurai karbohidrat menjadi etanol, saat fermentasi mengakibatkan terbentuknya senyawa-senyawa asam. Hal ini yang menyebabkan penambahan massa ragi tidak signifikan terhadap hasil fermentasinya. Waktu fermentasi yang optimal terjadi pada hari ke-4 dengan jumlah waktu 96 jam. Hasil Uji Gas kromatografi dua bahan memenuhi syarat SNI yaitu Hasil fermentasi Ketan Putih dan Singkong. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI STUDI EKSPERIMENTAL PEMBUATAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI BERAS KETAN PUTIH, BERAS KETAN HITAM DAN SINGKONG Rachmat Subagyo1, Arry Eko Pristiwanto1, Muchsin2 1Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin 2Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu 1rachmatsubagyo ABSTRAK Penggunaan energi yang terus meningkat tidak sebanding dengan produksi bahan bakar, hal ini perlu diatasi dengan penggunaan energi alternatif. Beras ketan dan singkong dapat diubah menjadi bioetanol dengan metode fermentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan cara fermentasi kemudian melakukan destilasi untuk memperoleh bioetanol. Hasil bioetanol kemudian dideteksi untuk mencari optimasi waktu fermentasi yang tepat, pengujian dengan Pen refractometer dan Gas kromatografi. Hasil penelitian penambahan massa ragi dari 5-15 gram terbentuk kadar etanol yang semakin meningkatan dari 3,5-18,5 %, hal ini menunjukkan penambahan jumlah ragi berpengaruh signifikan terhadap hasil fermentasi bioetanol. Pengaruh ketidakstabilan mikroba yang mengurai karbohidrat menjadi etanol, saat fermentasi mengakibatkan terbentuknya senyawa-senyawa asam. Hal ini yang menyebabkan penambahan massa ragi tidak signifikan terhadap hasil fermentasinya. Waktu fermentasi yang optimal terjadi pada hari ke-4 dengan jumlah waktu 96 jam. Hasil Uji Gas kromatografi dua bahan memenuhi syarat SNI yaitu Hasil fermentasi Ketan Putih dan Singkong. Kata kunci energi alternatif, beras ketan dan singkong, bioetanol, fermentasi, gas kromatografi ABSTRACT Experimental Study of Making Bioethanol Products from white glutinous rice, black glutinous rice And cassava. The use of energy which continues to increase is not proportional to the production of fuel, this needs to be overcome by the use of alternative energy. Glutinous rice and cassava can be converted into bioethanol by the fermentation method. The method used in this research is experimental by fermentation and then distilling to obtain bioethanol. The results of bioethanol are then detected to find the right optimization time of fermentation, testing with Pen Refractometer and Gas Chromatography. The results of the study of the addition of yeast mass of 5-15 grams formed ethanol levels which increased from this shows the addition of the amount of yeast has a significant effect on the results of bioethanol fermentation. The influence of microbial instability which breaks down carbohydrates into ethanol, when fermentation results in the formation of acidic compounds. This causes the addition of yeast mass is not significant to the fermentation results. Optimal fermentation time occurs on the 4th day with a total time of 96 hours. Chromatographic Gas Test Results of two ingredients meet the SNI requirements, namely Fermented White Rice and Cassava. Keywords alternative energy, glutinous rice and cassava, bioethanol, fermentation, gas chromatography 1. PENDAHULUAN Penggunaan energi yang terus meningkat tidak sebanding dengan produksi bahan bakar, hal ini perlu diatasi dengan penggunaan energi alternatif. Salah satu Energi alternatif yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah bioetanol. Keuntungan bahan bakar bioetanol adalah ketersediannya yang cukup dan bahan bakar ini masuk dalam sumber daya energi yang dapat diperbaharui Unrewable Resources. Bioetanol sangat cocok dikembangkan di negara beriklim tropis yang memiliki tumbuhan beraneka ragam yang mengandung karbohidrat dan sangat berpotensi menghasilkan bioetanol. Bioetanol ini dapat digunakan sebagai bahan bakar campuran pada Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI bensin sehingga dapat meningkatkan kapasitas volume dari bahan bakar itu sendiri. Hasil riset bioetanol mampu menaikan angka oktan bahan bakar serta dapat menurunkan pencemaran lingkungan [1]. Limbah-limbah yang ada disekitar kita juga bermanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol. Bahan limbah yang bisa diubah menjadi bioetanol seperti Kulit pisang kepok [2-3], Limbah tandan kosong kelapa sawit [4], Limbah pertanian dan sampah organik [5], Biji durian [6], Biji alpukat [7], Ampas tebu [8], Jerami [9], limbah kayu [10], Kulit nanas [11-12], Selain itu bioetanol juga bisa di buat dari tumbuh-tumbuhan seperti rumput laut coklat [13-14], Singkong karet [15], Talas [16]. Dengan proses fermentasi limbah dan bahan dari tumbuh-tumbuhan bisa dirubah menjadi bioetanol yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif. Pada penelitian yang telah dilakukan [17] menemukan waktu fermentasi yang optimal berkisar antara 96 -120 jam. Hal ini masih menjadi hal yang belum pasti, untuk mencari waktu optimal dalam melakukan proses fermentasi yaitu dengan cara pengambilan sampel setiap 24 jam dan dilakukan selama 96 jam. Pengujian hasil fermentasi dilakukan dengan cara uji kadar alkohol metode conway, uji kadar alkohol metode GC, uji gula dengan metode DNS untuk mengetahui sisa gula yang digunakan dalam fermentasi, uji TPC dan kekeruhan untuk mengetahui pertumbuhan sel Saccharomyces cerevisiae. Kemudian hasil uji dibuat grafik dan dianalisis menggunakan SPSS untuk mengetahui penambahan kadar alkohol tiap jam fermentasi. Hasil ini menemukan waktu yang optimal pada pemanfaatan fermentator selama 72 jam dengan kemurnian bioetanol sebesar 43, 44% [18]. Satu tahun sebelum penelitian ini dilakukan [19], dengan menggunakan waktu fermentasi ini untuk meneliti minimalisasi biaya produksi etanol dengan mengeliminasi tahap pemisahan sentrifugasi sel dari produk untuk mengurangi biaya perawatan yang tinggi. Hasil riset ini menemukan fermentasi yang dilakukan pada suhu 30°C dan agitasi 100 rpm dengan waktu selama 72 jam menghasilkan kadar Etanol tertinggi. Penelitian oleh [20], mengetahui produkfitas fermentasi pada ketiga bahan yaitu Ketan hitam, Ketan putih dan singkong. Penelitian ini dilakukan pada waktu 96 jam dan menghasilkan hasil fermentasi terbaik pada bahan baku singkong dengan waktu fermentasi 96 jam dan kadar bioetanol yang diperoleh adalah 98,10%. Penelitian ini juga didukung oleh [21] yang melakukan penelitian dengan bahan yang sama dengan variasi waktu fermentasi 48 jam, 72 jam dan 96 jam. Hasil penelitian ini di uji dengan menggunakan alat Gas kromatografi dan refraktometer untuk menentukan etanol yang terkandung dalam sampel. Hasil etanol tertinggi terjadi pada Beras Ketan Putih dengan waktu fermentasi 96 jam dengan kadar etanol 100%. Adanya beberapa penelitian mengenai waktu terbaik masih menjadi hal yang belum terpecahkan pada penelitian sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah waktu yang tepat dan optimal untuk melakukan fermentasi sehingga menghasilkan bioetanol yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan terlebih dahulu menyiapkan bahan dan alat destilasi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Kimia ULM dan Uji Gas Kromatografi di laboratorium Teknik Mesin ITS. Alat dan Bahan Penelitian Bahan yang digunakan adalah Beras ketan hitam beras ketan putih dan Singkong Ragi merk fermipan gambar 2. berbentuk koral dengan kandungan air 7,5% sebagai fermentator dalam proses fermentasi. Gambar 1. Bahan fermentasi bioetanol a. Beras ketan hitam, b. Beras ketan putihdan c. Singkong Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI Gambar 2. Ragi untuk fermentasi Prosedur Penelitian a. Proses pembuatan dan pengujian kadar bioetanol Pengujian ini dimulai dengan menyiapkan bahan beras ketan hitam, putih dan singkong gambar 1., kemudian di dihaluskan dengan menggunakan alat hingga menjadi tepung gambar Bahan yang sudah menjadi tepung kemudian dicampur ragi merk fermipan gambar 2., dengan masa ragi masing-masing 5, 10 dan 15 gram. Kemudian campuran bahan dimasak hingga menjadi bubur. Selanjutnya dimasukan kedalam botol air mineral seperti gambar ditutup rapat menggunakan balon pada mulut botol, setelah itu diamkan selama waktu fermentasi 96 jam pada suhu normal 20-250C. Setelah proses fermentasi selesai sampel diambil sebanyak + 550 ml dari masing-masing botol. Kemudian hasil pengambilan sampel siap untuk dilakukan proses destilasi menggunakan alat Sebelum dilakukan uji kadar alkohol dilakukan deteksi alkohol menggunakan sensor alkohol gambar Setelah dipastikan mengandung alkohol maka dilanjutkan dengan uji kadar alkoholnya dengan alat refraktometer gambar 3i dan gas kromatograpi gambar 3h. Tujuan dilakukan uji dengan dua alat ini adalah sebagai pembanding dan memastikan hasil yang lebih valid dan terpercaya. Selain dilakukan uji pada sampel fermentasi juga diamati pertumbuhan jamur pada masing-masing bahan dengan menggunakan mikroskop digital gambar sehingga dapat diamati pertumbuhan jamur pada waktu yang berbeda. Gambar 3. Proses pembuatan dan pengujian kadar bioethanol b. Hasil kalibrasi detektor alkohol Untuk mengetahui waktu pembentukan alkohol yang optimum maka perlu digunakan rangkaian deteksi gas alkohol gambar 4.. Hal ini untuk mengetahui pada waktu berapa jam alkohol hasil fermentasi terbentuk dengan jumlah yang paling banyak. Adapun alat yang digunakan adalah MQ-8 dengan data spesifikasi sebagai berikut spesifikasi detektor Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI Alkohol MQ-8 kemampuannya deteksi alkohol pada range 100-1000 ppm, temperatur 200 C ± 20 C dengan tingkat kelembaban 65% ± 5%. Struktur dan konfigurasi sensor gas MQ-8 disusun oleh tabung keramik mikro Al2O3, lapisan sensitif Tin-Dioxide SnO2. Satuan konsentrasi pada sensor MQ-8 dalam parts per milion ppm/ bagian per-sejuta dimana 1 ppm adalah 1/10000% atau = 0,0001%. Dengan data teknis seperti diatas diharapkan alat detektor ini handal untuk mendeteksi etanol hasil fermentasi. Gambar 4. rangkaian detektor Alkohol bioetanol lengkap Gambar 5. Hasil kalibrasi alat deteksi Alkohol bioetanol menggunakan MQ-8 Hasil kalibrasi detektor alkohol ditunjukkan pada gambar 5., dan data hasil kalibrasi pada tabel 1. Hasil kalibrasi menunjukkan tingkat akurasi sebesar 0,6424 dengan persamaan garis linearnya adalah y= 0,56669x - 2188,9. Hasil kalibrasi ini menunjukkan tingkat akurasi yang cukup untuk mendetekasi alkohol hasil fermentasi dari bahan yang akan diteliti. Kalibrasi ini dilakukan menggunakan alkohol dengan kemurnian 95%, produksi PT. Yusfi Indonesia. y = - R² = 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 0 2000 4000 6000 8000 10000 Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI Tabel 1. Hasil kalibrasi detektor Alkohol M-Q8 dengan Alkohol murni Volume Alkohol Murni ml Volume Ruang Kalibrasi ml 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 6 menunjukkan grafik hubungan antara massa ragi terhadap presentase bioetanol yang terbentuk. Hasil ini menunjukkan presentase bioetanol yang semakin meningkat dengan penambahan jumlah massa ragi. Pada penambahan massa ragi dari 5- 15 gram terbentuk kadar etanol yang semakin meningkat dari 3,5-18,5 %, hal ini menunjukkan penambahan jumlah ragi berpengaruh signifikan terhadap hasil fermentasi bioetanol pada waktu fermentasi 96 jam. Gambar 6. Grafik pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol beras ketan hitam menggunakan pen refractometer Pada proses fermentasi peningkatan massa ragi berpengaruh signifikan pada kadar etanol yang dihasilkan [22]. Peningkatan massa ragi dari 5, 10, 15 gram seperti ditunjukkan pada gambar 6., berdampak pada jumlah mikroorganisme yang mengurai karbohidrat menjadi semakin banyak sehingga kadar etanol yang dihasilkan semakin meningkat. Gambar 7. Grafik pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol beras ketan putih menggunakan menggunakan pen refractometer Pada gambar 7 menunjukkan grafik pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol menunjukan variasi dengan massa ragi yang terkecil yaitu 5 gram mengandung kadar etanol massa ragi 10 gram mengandung kadar etanol 2,5%, massa ragi 15 gram mengandung kadar etanol 3,5% dengan fermentasi waktu yang sama 96 jam. Nampak pada massa ragi 5 gram mengandung etanol yang paling tinggi jika dibandingkan dengan massa ragi 10 gram dan 15 gram. Penurunan kadar etanol yang terbentuk disebabkan oleh ketidakstabilan mikroba yang mengurai karbohidrat menjadi etanol. Pada saat proses fermentasi terbentuk senyawa alkohol dan senyawa asam. Senyawa asam ini terbentuk oleh oksigen yang terjebak pada saat proses fermentasi, sehingga metabolisme mikroba berlangsung secara aerob. Proses metabolisme secara aerob menyebabkan substrat glukosa yang seharusnya dikonversi menjadi etanol dikonversi menjadi senyawa asam terutama asam-asam organic [23]. Gambar 8. Grafik hubungan pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol singkong menggunakan pen refractometer Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI Pada gambar 8 menunjukkan grafik hubungan pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol menujukkan pada massa ragi 5 gram terbentuk kadar etanol massa ragi 10 gram terbentuk kadar etanol 6,5%, massa ragi 15 gram terbentuk kadar etanol 6,5% dengan fermentasi waktu yang sama yaitu 96 jam. Nampak pada massa ragi 5 gram paling rendah kadar etanolnya, pada ragi 10 dan 15 cenderung stabil kadar etanolnya. Pada kondisi awal mikroba fermentasi masih memasuki fase adaptasi sehingga produk etanolnya masih rendah hal ini didukung oleh penelitian [24]. Kemudian pada massa ragi 10 – 15 gram mengalami peningkatan dan kemudian konstan produk bioetanolnya. Keadaan ini disebabkan proses fermentasi masih berlangsung tetapi antara jumlah jamur yang tumbuh dan mati dalam kondisi yang sama sehingga produk etanol dalam kondisi yang stasioner. Gambar 9. Grafik hubungan antara massa ragi terhadap kadar etanol pada beras ketan hitam, beras ketan putih dan singkong menggunakan pen refractometer Pada gambar 9., menunjukkan grafik hubungan antara massa ragi terhadap kadar etanol hasil yang diperoleh menggunakan pen refractometer kadar etanol yang terbacakan dari bahan beras ketan hitam pada massa ragi 15 gram kadar etanolnya 18,5%. Kemudian beras ketan putih pada massa ragi 15 gram kadar etanolnya 6,5%. Pada bahan singkong pada massa ragi 15 gram kadar etanolnya 3,5% lebih rendah dari beras ketan hitam dan beras ketan putih. Menurut penelitian [24], menyatakan bahwa, kandungan karbohidrat pada masing-masing bahan fermentasi menentukan jumlah kadar alkohol yang terbentuk pada proses fermentasi. Beras ketan putih mempunyai kandungan karbohidrat paling tinggi 360 kal per 100 gram bahan, dikuti kandungan karbohidrat ketan hitam 142 kal per 100 gram bahan dan singkong 140 kal per 100 gram bahan. Hasil dari pengujian dengan refraktometer diperoleh kadar etanol tertinggi pada beras ketan hitam, singkong dan beras ketan putih. Tetapi hasil uji yang berbeda menggunakan Gas kromatograpi tabel 2 menyatakan hasil yang sesuai dengan teori diatas. Dimana hasil kadar bioetanol tertinggi pada beras ketan putih, singkong dan beras ketan hitam. Gambar 10. Hasil deteksi alkohol yang terbentuk dengan detektor M-Q8 alkohol yang terbentuk pada beras ketan putih dengan ragi 5 gram Gambar 10 menunjukkan hasil deteksi gas alkohol yang terbentuk pada hari ke 1 hingga hari ke 5. Pada hari ke 1 hingga ke 3 pembentukan bioetanol belum stabil masih berfluktuasi naik dan turun, pada hari ke 4 atau berkisar pada waktu 96 jam ditunjukkan grafik warna biru tua sudah stabil. Detektsi pada hari ke lima 120 jam jumlah bioetanol yang terbentuk justru semakin menurun. Fenomena ini menunjukkan hasil fermentasi yang optimal terjadi pada hari ke-4 dengan jumlah waktu 96 jam. Hal ini di dukung oleh penelitian [18] yang telah melakukan fermentasi pada waktu 96 jam untuk memperoleh fermentasi yang optimum. 0 2000 4000 6000 8000 10000 Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI Gambar 11. Perkembangan jamur waktu fermentasi 96 jam pada a. Beras Ketan Hitam ragi 5 gram, b. Beras Ketan Hitam ragi 10 gram dan c. Beras Ketan Hitam ragi 15 gram Gambar 11, menunjukkan perkembangan jamur pada beras ketan hitam dengan waktu fermentasi 96 jam. Pada gambar 11a dengan penambahan massa ragi 5 gram, terlihat perkembangan jamurnya secara visual yang masih sedikit sehingga menghasilkan kadar etanol yang kecil sebesar 3,5%. Pada gambar 11b dengan penambahan massa ragi 10 gram, terlihat perkembangan jamurnya secara visual dalam kategori sedang sehingga menghasilkan kadar etanol sebesar 13,0%. Pada gambar 11c dengan penambahan massa ragi 15 gram, terlihat jumlah perkembangan jamurnya secara visual dalam kategori banyak sehingga menghasilkan kadar etanol sebesar 18,5%. Fenomena ini terjadi karena jumlah massa ragi Saccharomyces Cerevisiae yang ditambahkan sehingga mikroorganisme yang mengurai glukosa menjadi etanol pun semakin banyak. Gambar 12. Perkembangan jamur waktu fermentasi 96 jam pada a. Beras Ketan Putih ragi 5 gram, b. Beras Ketan Putih ragi 10 gram dan c. Beras Ketan Putih ragi 15 gram Gambar 12, menunjukan perkembangan jamur pada beras ketan putih dengan waktu fermentasi 96 jam. Gambar 12a dengan penambahan massa ragi ragi 5 gram, terlihat perkembangan jamurnya secara visual yaitu dalam kategori banyak sehingga menghasilkan kadar etanol sebanyak 5%. Karena penyesuaian mikroba pengurai karbohidrat menjadi etanol saat fermentasi maka selain terbentuk senyawa alkohol juga terbentuk senyawa-senyawa asam. Hal ini menyebabkan penambahan massa ragi 10 gram, terlihat perkembangan jamurnya secara visual yaitu dalam kategori sedikit sehingga menghasilkan kadar etanol sebanyak 2,5% sebagimana ditunjukkan gambar 12b. Pada gambar 12c dengan penambahan massa ragi 15 gram, terlihat perkembangan jamurnya secara visual yaitu dalam kategori sedang sehingga menghasilkan kadar etanol sebesar 3,5%. Pada proses fermentasi senyawa asam terbentuk disebabkan oleh Oksigen yang terjebak dalam proses fermentasi, sehingga metabolisme mikroba berlangsung secara aerob. Suasana aerob sebenarnya tidak diharapkan dalam proses pembentukan bioetanol, karena substrat pada bakteri tersebut berupa glukosa menyebabkan etanol yang terbentuk dikonversi menjadi senyawa asam organic [23]. Gambar 13. Perkembangan jamur waktu fermentasi 96 jam pada a. Singkong 5 gram, b. Singkong 10 gram dan c. Singkong 15 gram Gambar 13 menunjukan perkembangan jamur pada singkong dengan waktu fermentasi 96 jam. Pada gambar 13a dengan penambahan massa ragi 5 gram, terlihat bahwa perkembangan jamurnya secara visual yaitu dalam kategori sedikit sehingga menghasilkan kadar etanol 3%. Hal ini disebabkan mikroba pelaksana fermentasi masih memasuki fase adaptasi. Setelah mengalami fase adaptasi, mikroba mulai membelah dengan kecepatan yang rendah karena baru mulai menyesuaikan diri [25]. Pada gambar 13b dengan penambahan massa ragi 10 gram, terlihat perkembangan jamurnya secara visual yaitu dalam kategori banyak sehingga menghasilkan kadar etanol 6,5%. Pada gambar 13c dengan penambahan massa ragi 15 gram, terlihat perkembangan jamurnya secara visual yaitu dalam kategori stasioner sehingga menghasilkan kadar etanol 6,5%. Keadaan ini dikarenakan pada proses fermentasinya terbentuk senyawa asam yang disebabkan oleh adanya oksigen yang masuk kedalam, sehingga metabolisme mikroorganisme berlangsung secara aerob dan pertambahan jamurnya tidak signifikan dan perkembangan jamurnya cenderung tetap. Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI Gambar 14. Hasil uji gas alkohol menggunakan GC Gas Chromatography a. Ketan Hitam, b. Ketan Putih dan c. Singkong Gambar 14., adalah hasil uji satu sampel Ketan hitam, ketan putih dan Singkong, masing-masing sampel di uji satu kali dengan menggunakan gas Chromatography. Hasil uji ini menghasilkan kadar etanol masing-masing adalah Ketam hitam 92,30% gambar Ketan putih 100% gambar dan Singkong 98, 10% gambar Tabel 2. Hasil Uji kadar Bioetanol dengan pen refracto meter dan gas Kromatograpi Volume Air Destilasi ml Temperatur Destilasi 0C Uji pen refractometer Kadar etanol % Berdasarkan data hasil pengujian pada tabel 2, ada perbedaan hasil pengujian antara pen refractometer dengan Gas kromatografi hal ini disebabkan adanya perbedaan tingkat presisi antara kedua alat. Penelitian yang dilakukan [20], menguji bahan yang sama dengan variasi waktu fermentasi 42, 72 dan 96 jam. Hasil uji kadar bioetanol dengan Gas kromatografi menunjukkan hasil yang sedikit berbeda, hasil terbaik diperoleh pada Singkong 98,14%, Beras ketan putih 96,67% dan Beras ketan hitam 94,96%. Berdasarkan sumber [27], Sumber karbohidrat dari beras ketan putih 78,4 Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI gram lebih tinggi dibandingkan dengan beras ketan hitam 74,5 gram dan singkong 34 gram. Bahan yang mengandung karhohidrat tinggi adalah sumber bioetanol yang sangat baik. Dengan hasil bioetanol beras ketan putih 100% yang tertinggi, penelitian ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Mengacu pada SNI 7390 2012 menyatakan bahwa kadar etanol minimum yang digunakan sebagai bahan bakar jenis bioetanol sebesar 94,0-99,5% [26]. Hasil Uji Gas kromatografi dua bahan memenuhi syarat yaitu Hasil fermentasi Ketan Putih dan Singkong. 4. KESIMPULAN Pada penambahan massa ragi dari 5- 15 gram terbentuk kadar etanol yang semakin meningkatan dari 3,5-18,5 %, hal ini menunjukkan penambahan jumlah ragi berpengaruh signifikan terhadap hasil fermentasi bioetanol. Pengaruh ketidakstabilan mikroba yang mengurai karbohidrat menjadi etanol, saat fermentasi selain terbentuk senyawa alkohol juga terbentuk senyawa-senyawa asam. Hal ini yang menyebabkan penambahan massa ragi tidak signifikan terhadap hasil fermentasinya. Waktu fermentasi yang optimal terjadi pada hari ke-4 dengan jumlah waktu 96 jam. Hasil Uji Gas kromatografi dua bahan memenuhi syarat SNI yaitu Hasil fermentasi Ketan Putih dan Singkong. DAFTAR PUSTAKA [1] Senam, Prospek Bioetanol Sebagai Bahan Bakar yang Terbarukan dan Ramah Lingkungan, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009. [2] Diah Restu Setiawati, Anastasia Rafika Sinaga, Tri Kurnia Dewi, Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok, Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013. [3] Wusnah, Samsul Bahri, Dwi Hartono, Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok Musa acuminata secara Fermentasi, Jurnal Teknologi Kimia Unimal 51 2016 57-65. [4] Rosa Devitria, Dini Fatmi, Produksi Bioetanol Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Isolat Bakteri dari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau, Human Care, e-ISSN2528-66510;Volume 3; 90–93. [5] Yuana Susmiati, Prospek Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian dan Sampah Organik, Industria Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 7 Nomor 2 67-80 2018. [6] Murniati, Sri Seno Handayani, Dwi Kartika Risfianty, Bioetanol dari Limbah Biji Durian Durio zibethinus, J. Pijar MIPA, Vol. 13 September 2018 155 – 160. [7] Sukaryo dan Sri Subekti, Bioetanol dari Limbah Biji Alpokat di Kabupaten Semarang, Jurnal Neo Teknika Vol 3. No. 1, Juni 2017, hal. 29-34. [8] Bambang Trisakti, Yustina br Silitonga, Irvan, Pembuatan Bioetanol dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal dan Fermentasi Serta Recycle Vinasse Pengaruh Konsentrasi Tepung Ampas Tebu, Suhu dan Waktu Hidrolisis, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 September 2015. [9] Maswati Baharuddin, Sappewali, Karisma, Jeni Fitriyani, Produksi Bioetanol dari Jerami Padi Oryza sativa L. dan Kulit Pohon DAO Dracontamelon Melalui Proses Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak SFS, Chimica et Natura Acta April 20161-6. [10] Ina Winarni, T. Beuna Bardant, Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kayu Sengon Falcataria moluccana Miq. Barneby & Grimes Dengan Metode Substrat Konsentrasi Tinggi, jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 35 No. 4, Desember 2017 231-242. [11] Garvin Chandra, Bernardus Boy Rahardjo Sidharta, Fransiskus Sinung Pranata, Produksi Bioetanol dengan Filtrat Kulit Nanas Ananas comosus L. Merr Menggunakan Teknik Imobilisasi Berulang Sel Saccharomyces cerevisiae, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Teknobiologi Program Studi Biologi Yogyakarta, 2017. [12] Rachmat Subagyo, Imam Ahdy Saga, Pembuatan Bioetanol Berbahan Baku Kulit Singkong dan Kulit Nanas dengan Variasi Massa Ragi, SJME KINEMATIKA 1 JUNI 2019, pp 1 -14. [13] Rodiah Nurbaya Sari, Bagus Sediadi Bandol Utomo, Armansyah H. Tambunan, Kondisi Optimum Produksi Bioetanol dari Rumput Laut Coklat Sargassum duplicatum menggunakan Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin p-ISSN 2085-8817 e-ISSN 2502-3373 Vol. 11, No. 2, Mei 2020 DOI Trichoderma viride dan Pichia angophorae, JPB Perikanan Vol. 9 No. 2 Tahun 2014 121–132. [14] Saniha Adini, Endang Kusdiyantini dan Anto Budiharjo, Produksi Bioetanol Dari Rumput Laut dan Limbah Agar Gracilaria sp. dengan Metode Sakarifikasi Yang Berbeda, BIOMA, Desember 201 5 ISSN 1410-8801 Vol. 16, No. 2, Hal. 65 – 75. [15] Arifwan, Erwin, Rudi Kartika, Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet Manihot Glaziovii Muell dengan Hidrolisis Enzimatik dan Difermentasi Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae, Jurnal Atomik., 2016, 01 1 hal 10-12. [16] Herlina, Aceng Ruyani, Zamzaili, Budiyanto, Studi Potensi Talas Liar sebagai Sumber Bioetanol dan Implementasinya pada Pembelajaran Biologi, PENDIPA Journal of Science Education, 2019 3 1 , 28-32. [17] Hasanah, H., Pengaruh Lama fermentasi Terhadap Kadar Alkohol Tape Ketan Hitam Oryza sativa L var forma glutinosa dan Tape Singkong Manihot utilissima Pohl. 16 Februari 2018. [18] Muhammad Khak, Rini Nuraini Rohmatningsih, Purwito, Optimalisasi Fermentor untuk Produksi Etanol dan Analisis Hasil Fermentasi Menggunakan Gas Chromatografi, Jurnal Matematika, Saint, dan Teknologi, Volume 15, Nomor 1, Maret 2014, 12-20. [19] Agustin Krisna Wardani, Fenty Nurtyastuti Eka Pertiwi, Produksi Etanol dari Tetes Tebu oleh Saccharomyces cerevisiae Pembentuk Flok NRRL – Y 265, AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013. [20] Andrie Yeremia Marchelino Simanjuntak, Rachmat Subagyo, Analisis Hasil Fermentasi Pembuatan Bioetanol dengan Variasi Waktu Menggunakan Bahan Singkong, Beras Ketan Hitam dan Beras Ketan Putih, SJME KINEMATIKA 1 DESEMBER 2019, pp 79-90. [21] Arry Eko Pristiwanto, Rachmat Subagyo, Analisis Hasil Fermentasi Pembuatan Bioetanol dengan Variasi Massa Ragi menggunakan Bahan BerasKetan Hitam, Beras Ketan Putih dan Singkong, ROTARY Volume 01 No. 02 September 2019 pp 157-172. [22] Mira Amalia Hapsari, dkk, Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet Manihot glaziovii untuk Bahan Bakar Kompor Rumah Tangga Sebagai Upaya Mempercepat Konversi Minyak Tanah ke Bahan Bakar Nabati. 12 Desember 2018. [23] I Wayan Arnata; Dewi Anggreni, Rekayasa Bioproses Produksi Bioetanol dari Ubi Kayu dengan Teknik Ko-Kultur Ragi Tape dan Saccharomycescerevisiae, AGROINTEK Volume 7, Maret 2013. [24] Cicik Herlina Yulianti, Uji Beda Kadar Alkohol Pada Tape Beras, Ketan Hitam dan Singkong. 16 Februari 2018. [25] Fardiaz, Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 16 Maret 2018. [26] Badan Standarisasi Nasional BSN. Rancangan Standar Nasional Indonesia. Jakarta. 8 maret 2018. [27]Bahan Pangan Indonesia, Komposisi pangan beras putih, beras merah dan beras hitam. 15 April 2018. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this dilakukan penelitian pembuatan bioetanol dari limbah biji Durian Durio zibethinus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah limbah biji Durian dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bietanol serta mengetahui pengaruh pH pada proses fermentasi. Penelitian ini menggunakan biji Durian yang dihidrolisis dengan H2SO4 2,5 % selama 3 jam pada suhu 70 oC, kemudian diukur kadar glukosa dan difermentasi pada variasi pH = 3, 4, 5, dan 6 selama 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Biji Durian memiliki kadar pati yang berlimpah sebesar 45,85 %, sehingga bahan tersebut mampu diolah dan difermentasi untuk menghasilkan bioetanol. Kadar bioetanol yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki kadar maksimal 47,02 % dengan kondisi optimum pH fermentasi = is one of the products of fermentation. Of the agreement MUI, foods and beverages containing alcohol should not exceed 1%, so the food / drinks that contain high levels of alcohol exceeding 1% are included in the category of haram for consumption. This study aimed to determine the effect of fermentation time on ethanol content of cassava Monihotutilissima Pohl tapai. The method that is used to separate the two or more component of volatile and non volatile from tapai is called distillation while to analyze an ethanol level used gas chromatography GC method. To examine the data which differentiate the base concentration of alcohol % in cassava tapai since fermentation process which were analyzed by variants analysis ANOVA. In the next experiment, if there was different significant result, then continued by the test of BNT which the level for about 1%. The samples of cassava Monihot utilissima Pohl tapai fermented for about 24, 48, 72, 96 and 120 hours. Those tapai were mashed and added the aquades. The mixed materials were distillated, then entered into the bottle and considered as gram unit. The considered distillations were being analyzed used gas chromatography GC result of the research showed that there is the influence of long fermentation to ethanol level’s of cassava Manihot utilissima Phol tapai. The level of cassava ethanol was and The long fermentation was for about 120 hours and it was an indeed influence p < 0,01 to the level of cassava’s ethanol among the period of long BaharuddinSappewali SappewaliKarisma KarismaJeni FitriyaniBioetanol merupakan energi alternatif yang dapat diproduksi dari biomassa seperti jerami padi dan biomassa berlignoselulosa. Biomassa lignoselulosa tersedia terus menerus dalam jumlah yang banyak, tetapi hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dan kadang-kadang sisanya dibakar. Jerami padi dan pohon dao memiliki komponen selulosa, hemiselulosa dan lignin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa yang dihasilkan melalui proses hidrolisis jerami padi dan pohon dao menggunakan enzim selulase serta menentukan kadar etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi glukosa menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Proses sakarifikasi dan fermentasi serentak SFS dilakukan dalam reaktor yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi selama 3, 5, 7 dan 9 hari dihasilkan kadar dan konsentrasi bioetanol yang berbeda. Dari penelitian yang dilakukan kadar glukosa jerami padi adalah 105 mg/L dan dari kulit pohon dao sebanyak 216 mg/ bioetanol tertinggi pada hari ke-7 dengan tingkat kemurnian tertinggi pada pohon dao 0,97% pada jerami padi dengan 0,24%.Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok Musa acuminata secara FermentasiSamsul WusnahDwi BahriHartonoWusnah, Samsul Bahri, Dwi Hartono, Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok Musa acuminata secara Fermentasi, Jurnal Teknologi Kimia Unimal 51 2016 Bioetanol Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Isolat Bakteri dari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau, Human Care, e-ISSN2528-66510Rosa DevitriaDini FatmiRosa Devitria, Dini Fatmi, Produksi Bioetanol Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Isolat Bakteri dari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau, Human Care, e-ISSN2528-66510;Volume 3; TrisaktiBambang Trisakti, Yustina br Silitonga, Irvan, Pembuatan Bioetanol dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal dan Fermentasi Serta Recycle Vinasse Pengaruh Konsentrasi Tepung Ampas Tebu, Suhu dan Waktu Hidrolisis, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 September 2015.Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet Manihot Glaziovii Muell dengan Hidrolisis Enzimatik dan Difermentasi Menggunakan Saccharomyces CerevisiaeErwin ArifwanRudi KartikaArifwan, Erwin, Rudi Kartika, Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet Manihot Glaziovii Muell dengan Hidrolisis Enzimatik dan Difermentasi Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae, Jurnal Atomik., 2016, 01 1 hal Fermentor untuk Produksi Etanol dan Analisis Hasil Fermentasi Menggunakan Gas ChromatografiMuhammad KhakPurwito Rini Nuraini RohmatningsihMuhammad Khak, Rini Nuraini Rohmatningsih, Purwito, Optimalisasi Fermentor untuk Produksi Etanol dan Analisis Hasil Fermentasi Menggunakan Gas Chromatografi, Jurnal Matematika, Saint, dan Teknologi, Volume 15, Nomor 1, Maret 2014, Krisna WardaniFenty Nurtyastuti EkaPertiwiAgustin Krisna Wardani, Fenty Nurtyastuti Eka Pertiwi, Produksi Etanol dari Tetes Tebu oleh Saccharomyces cerevisiae Pembentuk Flok NRRL -Y 265, AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI Hasil Fermentasi Pembuatan Bioetanol dengan Variasi Massa Ragi menggunakan Bahan BerasKetan HitamRachmat Arry Eko PristiwantoSubagyoArry Eko Pristiwanto, Rachmat Subagyo, Analisis Hasil Fermentasi Pembuatan Bioetanol dengan Variasi Massa Ragi menggunakan Bahan BerasKetan Hitam, Beras Ketan Putih dan Singkong, ROTARY Volume 01 No. 02 September 2019 pp 157-172.
Saaty TL, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Yang Kompleks. Setiono L, penerjemah; Jakarta Pustaka Binaman 1993 Soeharto, Manajemen Proyek Industri Persiapan, Pelaksanaan dan Pengelolaan. Erlangga, Jakarta 1990 Tatang H. Soerawidjaja, 5 November 2016, Jalan Lurus Menuju Ke Penggantian Minyak Bumi, Seminar Nasional I-Challenge Indonesia Chemical Engineering Event Proses dan Teknologi Pendayagunaan Sumber Daya Alam Indonesia, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur 2016 Amelia, 2016 Hitung-Hitungan Skema Baru Kontrak Migas Gross Split, Katadata News and Research, Diakses tanggal 27 September 2017. APP 2014 Sustainability Report 2014, Asia Pulp and Paper, Jakarta. APRIL 2014 Sustainability Report 2013-2014, APRIL Group, Jakarta. CDIEMR 2016 Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2016, Center for Data and Information on Energy and Mineral Resources, Ministry of Energy and Mineral Resources, Jakarta. CEC 2017 Renewable Energy Transmission Initiative California Energy Commission. Ciarcia, D. 2011 Charging ahead GE EV Solutions, Presented at IEEE NYC Chapter. Ditjen EBTKE 2016 Buku Informasi Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Jakarta. Ditjen EBTKE 2016a Buku Profil Sukses Penerapan Bioenergi di Indonesia, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Jakarta. Ditjen EBTKE 2016b Statistik Energi Baru dan Terbarukan Edisi 2013-2016, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Jakarta. Ditjen Migas 2015 Statistik Minyak dan Gas Bumi 2015, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Jakarta. Ditjen Migas 2017 Neraca Gas Bumi Indonesia Tahun 2016-2035, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Jakarta. Ditjen Minerba 2015 Indonesia Mineral and Coal Information 2015, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM, Jakarta. EIA 2016 Capital Cost Estimates for Utility Scale Electricity Generating Plants, Energy Information Administration, Washington, Hendrawati, Siswahyu, A., and Ramadhan, 2017 Pre-Feasibility Study of Bioavtur Production with HEFA Process In Indonesia, International Journal of Scientific & Technology Research, 04. IEA 2010 Energy Technology Perspectives 2010 Scenario & Strategies to 2050, International Energy Agency, Paris. Kemenhub 2016a Statistik Perhubungan 2015, Buku I, Kementerian Perhubungan, Jakarta. Kemenkeu 2017 Nota Keuangan RAPBN 2017, Kementerian Keuangan, Jakarta. Kemenperin & PT EMI 2011 Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction in Industrial Sector, Kementerian Perindustrian dan PT Energy Management Indonesia, Jakarta. Kemenperin 2012 Peta Panduan Road Map Pengurangan Emisi CO2 Industri Semen di Indonesia, Kementerian Perindustrian, Jakarta. KESDM 2015 Rencana Strategis 2015 – 2019, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. KLHK 2016 Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan Nationally Determined Contribution, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta. BPPT 2015 Outlook Energi Indonesia 2015, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. CDIEMR 2015 Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2015, Center for Data and Information on Energy and Mineral Resources, Ditjen Migas 2015 Peta Jalan Kebijakan Gas Bumi Nasional 2014-2030, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. IEA 2014 Energy Technology Roadmaps a guide to development and implementation, International Energy Agency, Paris. Kemenristek 2006 Buku Putih Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Energi Baru Dan Terbarukan Untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2005 – 2025, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Energi terbarukan adalah energi yang diperoleh ulang dan tidak akan habis atau dapat dikatan Sumber Daya Alam yang dapat diperbaharui dan menjadi yang dapat kita ambil adalah bioetanol yang terbuat dari bioetanol telah dikenal sejak lama, dan dewasa ini senyawa ini menarik perhatian yang sangatbesar karena selain manfaat tradisionalnya, senyawa ini juga merupakan bahanbakar alternatif dan bioetanol itu?Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku nabati yang merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menngunakan bantuan sumber mikroorganisme dengan bahan dasar yaitu tanaman yang dapat menjadi sumber bahan baku bahan bakar nabati atau BNN yang dijadikan sebagai sumber tenaga listrik dan dapat dijadikan sebagai bahan pengganti premium atau sebagai campuran dari bensin tanpa perlu memodifikasi mesin kendaraan berbasis bahan bakar sendiri memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan BBM karena sumbernya terbarukan dan memiliki nilai yang tinggi hingga proses pembakarannya menjadi lebih dapat dimanfaatkan ampas singkongnya sebagai sumber energi listrik dengan pengolahan etanol dan dari etanol liter perhari dapat menghasilkan listrik 5 yang selama ini dipandang murah dan tidak terlalu digunakan ternyata ampasnya merupakan bahan baku terbaik untuk bahan bakar nabati dan sebagai sumber energi listrik. Manfaat Pembangkit Listrik Tenaga SingkongSeperti telah diuraikan di atas, bahwa dengan pembangkit listrik tenaga singkong akan memberikan manfaat, antara lain1. Penghematan bahan bakar berbasil fosil;2. Mengurangi subsidi dari pemerintah, sehingga subsidi di bidang energi sebesar 84,4% dari total anggaran subsidi pemerintah dapat dialihkan ke subsidi non energi yang langsung menyentuh masyarakat;3. Membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi pedesaan Faktor lain yang sangat mendukung produksi bioetanol adalah perkembangan teknologi yang telah memungkinkan bioetanol dapat diproduksi dari karbohidrat yang bukan merupakan bahan pangan utama. Pada dasarnya bahan baku yang digunakan untuk produksi bioetanol adalah bahan baku yang mengandung pati. Di Indonesia, industri bioetanol berbahan baku pati memiliki potensi yang sangat besar karena didukung oleh ketersediaan bahan baku yang bahan bakar fosil di Indonesia akan habis sekitar 18 tahun mendatang,bila ladang minyak tidak sebagai warga Indonesia harus mempunya inisiatif dan inovasi yang tinggi agar BBM di Indonesia tidak habis begitu saat ini juga sebagian besar menggunakan pembangkit tenaga diesel dan tentu saja harus ada segera dioperasikan sumber tenaga listrik baru untuk menggantikan daya tersebut. Lihat Inovasi Selengkapnya
Hendry Y. Nanlohy Universitas Sains dan Teknologi Jayapura Anwar . Universitas Sains dan Teknologi Jayapura Keywords singkong hutan, air tape, destilasi fraksional, bioetanol Abstract Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah. Bioetanol adalah cairan biokimia dari proses fermentasi karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme, dan dilanjutkan dengan proses destilasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang bioetanol yang dapat dihasilkan dari air tape singkong, dengan cara destilasi fraksional. Untuk pemisahan alkohol air tape dari air, dari setiap pembakaran C2H5OHl, menentukan nilai udara pembakaran, entalpi pembakaran yaitu -13,503 kj/kmol bahan bakar, nilai pemanasan atas HHV = 44755,76 kj/mol dan nilai pemanasan bawah LHV = 52325,76 kj/mol, menentukan titik nyala adiabatik dari setiap reaksi pembakaran yaitu Tad = 2850,041 K dan menguji kadar bioetanol 70%, 83%, 86%, dan 95% pada kompor bioetanol. konsumsi bahan bakar bioethanol berkadar 70 % dengan waktu didih rata – rata yaitu 9,15; dan konsumsi bahan bakar sebesar 26,7 ml bioethanol. Pada bioethanol berkadar 83% dengan waktu titik didih rata – rata 5,34 dan konsumsi bahan bakar 21,7 ml bioethanol. Pada bioethanol 86% dengan waktu titik didih rata - rata 4,09 menit dan konsumsi bahan bakarnya rata - rata 18,3 ml bioethanol, sedangkan pada bioethanol berkadar 95% dengan titik didih rata - rata 1,52 menit dan nilai rata – rata konsumsi bahan bakarnya yaitu 9 ml bioethanol. Hasil dari penelitian bioetanol dengan kadar 70%, 83%, 86% dan 95% dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah. Kesimpulan uji coba bioetanol terhadap kompor bioetanol yaitu semakin tinggi kadar bioetanol yang digunakan, maka semakin cepat waktu titik didihnya dan juga semakin hemat konsumsi bahan bakarnya.
0% found this document useful 0 votes14 views10 pagesOriginal TitlePemanfaatan Singkong Sebagai Bahan Dasar dalam Pembuatan BioethanolCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes14 views10 pagesPemanfaatan Singkong Sebagai Bahan Dasar Dalam Pembuatan BioethanolOriginal TitlePemanfaatan Singkong Sebagai Bahan Dasar dalam Pembuatan BioethanolJump to Page You are on page 1of 10 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 9 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
mengapa bioetanol dari singkong sangat berpotensi dikembangkan di indonesia